Senin, 03 Agustus 2015

Dhalan pitedah
--sebuah nama, seutas harapan—
“Pondok pesantren Sabilil Huda, panggungroyom-wedarijaksa-Pati”

Seperti itulah sederhananya mendiskripsikan tujuan seseorang memberikan nama untuk segala sesuatu. Nama yang baik berarti ia sedang mengidamkan kebaikan pada yang dinamai itu kelak. Dan untuk nama orang maka nama yang baik menurut nabi ialah nama yang ada kata abdul (hamba) lalu digandengkan dengan nama-nama gusti Allah Swt (asma’ul khusna).
Adapun dhalan pitedah, ini adalah sebuah nama yang diberikan kepada pondok pesantren kami, pondok dimana kesehariannya seolah tak pernah sepi dari hiruk pikuknya mengkaji ilmu-ilmu agama. Tidak ada aturan pasti seperti tata tertib dan aturan tertulis lainnya, bahkan untuk sebuah jadwal kebersihanpun tak akan anda temui dipondok kami ini, semua mengalir dengan tenang dan pasti. Peraturan yang ada adalah peraturan normatif dimana setiap orang yang berada dipondok kami secara menyeluruh memahami benar norma-norma yang ada lengkap dengan konsekuensi-konsekuensinya apa bila ia melanggar disuatu saat. Ini menunjukan bahwa aturan yang ada didalam pondok kami selevel jauh lebih tinggi dibandingkan tempat-tempat mengaji yang lainnya. Ia telah menjelma menjadi sebuah budaya.
Pondok kami ini berada ditengah kampung dan tidak berdekatan dengan jalan sekalipun itu jalan kampung, sehingga suasana yang ada adalah sebuah ketenangan. Pondok pesantren kami mungkin tidak semegah pondok-pondok yang lain. Ada suatu cerita dimana pertama kalinya saya datang kesana dan sebelumnya saya tidak pernah secuilpun mengetahui pondok kami ini, saya berangkat bermodalkan keyakinan orang tua lalu beliau meyakinkan saya untuk meneruskan study ditempat ini karena pada saat itu masih dilanda kebimbangan kemana saya melagkah setelah lulus dari sekolah menengah pertama.  Tidak seperti orang-orang lain yang datang pertama untuk sekedar melihat-lihat kondisi yang ada, saya langsung melonjak untuk langsung menetap. Kesan pertama ialah sedikit kecewa dengan gedung yang jauh dari bayangan saya. Meminjam quote seorang tokoh agama ditempat kami “lumrahe wong iku nyawang songko menterenge” (orang pada umumnya itu melihat megahnya…indo). Sehingga tanpa melihat aktifitas apa saja yang berada disebuah pondok jika pondok tersebut memiliki gedung yang megah maka dengan spontan ia akan yakin bahwa pondik tersebut ialah pondok yang berkualitas dan begitupun saya, terjebak dengan minimnya pengalaman yang saya miliki.
Setelah beberapa hari disana akhirnya semua keraguan itu hilang dengan sendirinya karena saya melihat sendiri bagaimana menariknya dan arifnya segala hal yang ada didalam pondok pesantern kami. Dan itu yang membuat saya betah tinggal disana hingga sekarang.
Untuk nama dhalan petedah, ini hanya inisiatif saya menerjemahkan kedalam bahasa jawa. Nama asli pondok pesantren kami ialah Sabilil Huda yang dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai jalan petunjuk.
Huda atau petunjuk ialah suatu entitas yang sangat penting didalam Islam, setidaknya 17 kali dalam sehari kita selalu berdoa untuk sebuah petunjuk, petunjuk kejalan yang lurus (ihdinas Shirotol mustaqim). Meskipun lewat ayat ini orang-orang kafir pada suatu ketika menghujat bahwa orang muslim itu kelihatan salahnya karena ia masih saja selalu meminta petunjuk, dan tidak ada orang yang meminta petunjuk kecuali orang yang tersesat. Dan ini adalah sebuah pola fikir yang salah karena logikanya bahwa orang yang benar, orang yang baik itu tidak akan pernah meminta menjadi orang yang buruk, setidaknya ia akan meminta langgeng dalam kebaikan, seperti itu pula orang yang sudah mendapatkan petunjuk, maka ia ingin selalu dalam petunjuk tersebut.
Dengan pentingnya hidayah dalam Islam, maka semoga Sabilil huda dapat menjadi tempat seseorang untuk senantiasa mendapatkan petunjuk dari tuhannya sehingga menjadi hamba yang berkelakuan sebagai hamba yang baik. Wallahu a’lam J
NB: ini hanyalah persepsi dan pengalaman penulis, apabila ada suatu kesalahan atu kekurangan pada tulisan ini berkaitan dengan pondok pesantren Sabilil Huda maka itu mutlak kesalahan dari penulis.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar