Dalam Islam kita diajarkan untuk memuliakan beberapa orang,
diantaranya memuliakan orang tua, memuliakan guru, memuliakan orang alim, dan
salah satunya ialah memuliakan tamu.
Memuliakan tamu ini ternyata ada beberapa keutamaannya, diantaranya
ialah tamu yang datang tersebut membawa
rizki bagi kita dan apabila ia pergi maka ia akan membawa dosa-dosa kita. Adapun
cara memuliakan tamu juga bervariatif, mulai melayaninya, memberi jamuan kepada
mereka, dan lain-lain.
Ada suatu kisah dimana rasulullah mempunyai tamu dan beliau tidak
memiliki apa-apa untuk memberi jamuan kepada sang tamu, akhirnya beliau keluar
dan mengundang para sahabat untuk berkumpul. Setelah ada beberapa sahabat yang
berkumpul maka rasulullahpun mengumumkan dan menawarkan kepada para sahabat
beliau, “siapa yang mau menerima tamuku ini?!” Tanya sang rasul. Akhirnya ada
satu sahabat yang bersedia untuk menerima sang tamu baginda nabi tersebut dan
bersedia untuk memuliakannya. Setelah menerimanya maka sahabat nabi tersebut
mengajak sang tamu untuk pergi kerumahnya.
Sesampainya dirumah, sahabat tadi menemui istrinya untuk membuatkan
jamuan bagi sang tamu. Akan tetapi sang istri menjawab bahwa tidak ada makanan
untuk malam ini kecuali makanan (bubur) bagi anak-anak kita. Mendengar pengakuan
istrinya tersebut, sahabat nabi itu berkata “masaklah untuk tamu baginda nabi,
dan tidurkan anak-anak kita lebih awal”, kemudian sang istripun memasak untuk
memberi jamuan bagi tamu tadi.
Ketika waktu makan malam tiba, maka ketika itu pula anak-anak dari
sahabat baginda nabi itu sudah ditidurkan dan merekapun tidur dengan pulas, dan
berhubung makanan yang ada hanya mencukupi bagi sang tamu maka sahabat nabi
tersebut mematikan lampu dan ia pura-pura menemani makan sang tamu dengan
membunyikan piring yang berada didepannya seolah-olah ia sama-sama makan
seperti halnya tamu baginda nabi tersebut.
Setelah beberapa waktu berlalu, maka drama itupun berakhir, dan
mereka semua tidur untuk beristirahat dimalam tersebut. Lalu keesokan hariya
sang sahabat tadi bertemu dengan baginda nabi dan nabi SAW yang mengetahui
drama yang dimainkan oleh sahabat beliau tersebut melalui wahyu, kemudian
beliau berkata “(ضحك الله) Allah
Swt merahmatimu”. wallu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar