Minggu, 09 Agustus 2015

Memuliakan tamu

         Dalam Islam kita diajarkan untuk memuliakan beberapa orang, diantaranya memuliakan orang tua, memuliakan guru, memuliakan orang alim, dan salah satunya ialah memuliakan tamu.
Memuliakan tamu ini ternyata ada beberapa keutamaannya, diantaranya ialah tamu yang datang  tersebut membawa rizki bagi kita dan apabila ia pergi maka ia akan membawa dosa-dosa kita. Adapun cara memuliakan tamu juga bervariatif, mulai melayaninya, memberi jamuan kepada mereka, dan lain-lain.
Ada suatu kisah dimana rasulullah mempunyai tamu dan beliau tidak memiliki apa-apa untuk memberi jamuan kepada sang tamu, akhirnya beliau keluar dan mengundang para sahabat untuk berkumpul. Setelah ada beberapa sahabat yang berkumpul maka rasulullahpun mengumumkan dan menawarkan kepada para sahabat beliau, “siapa yang mau menerima tamuku ini?!” Tanya sang rasul. Akhirnya ada satu sahabat yang bersedia untuk menerima sang tamu baginda nabi tersebut dan bersedia untuk memuliakannya. Setelah menerimanya maka sahabat nabi tersebut mengajak sang tamu untuk pergi kerumahnya.
Sesampainya dirumah, sahabat tadi menemui istrinya untuk membuatkan jamuan bagi sang tamu. Akan tetapi sang istri menjawab bahwa tidak ada makanan untuk malam ini kecuali makanan (bubur) bagi anak-anak kita. Mendengar pengakuan istrinya tersebut, sahabat nabi itu berkata “masaklah untuk tamu baginda nabi, dan tidurkan anak-anak kita lebih awal”, kemudian sang istripun memasak untuk memberi jamuan bagi tamu tadi.
Ketika waktu makan malam tiba, maka ketika itu pula anak-anak dari sahabat baginda nabi itu sudah ditidurkan dan merekapun tidur dengan pulas, dan berhubung makanan yang ada hanya mencukupi bagi sang tamu maka sahabat nabi tersebut mematikan lampu dan ia pura-pura menemani makan sang tamu dengan membunyikan piring yang berada didepannya seolah-olah ia sama-sama makan seperti halnya tamu baginda nabi tersebut.

Setelah beberapa waktu berlalu, maka drama itupun berakhir, dan mereka semua tidur untuk beristirahat dimalam tersebut. Lalu keesokan hariya sang sahabat tadi bertemu dengan baginda nabi dan nabi SAW yang mengetahui drama yang dimainkan oleh sahabat beliau tersebut melalui wahyu, kemudian beliau berkata “(ضحك الله) Allah Swt merahmatimu”. wallu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar